Filosofi emas meninggalkan tambang inilah diantara yang melatarbelakangi mengapa sebagian orang merantau meninggalkan tempat asalnya. Mereka pergi meninggalkan kampung halaman karena ingin menjadikan dirinya lebih berharga, sebagaimana emas meninggalkan tempat dimana ia berasal, setelah itu barulah emas menjadi berharga. Sebab ditempat asalnya, emas tak ada bedanya dengan bongkahan batu yang lain.
Begitu juga seseorang, jika ia ingin menjadi lebih berharga, maka ia harus berani meninggalkan tempat tinggalnya. Berhijrah dari tempat yang selama ini menjadi tempat lahir bahkan dibesarkan. Sebagaimana Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka merantau, dari Makkah ke Madinah. Seseorang yang merantau maka ia telah mengasah keberanian dan kepercayaan dirinya. Seperti sebagian warga Bali yang merantau dan sukses di Lampung, atau sebagian orang Jawa yang merantau ke seluruh penjuru tanah air dan menemukan jalan hidupnya. Terlepas apakah kepergiannya itu dipaksa atau terpaksa, sebab ikhlas hanya masalah waktu dan kebiasaan. Mereka telah berpindah. Merantau.
Merantau dapat dimaknai juga secara pemikiran atau pemahaman keilmuan. Keberanian merantau itu perlu dimiliki setiap orang, agar nilai dirinya kian meningkat. Bahkan merantau ini perlu ditanamkan dan dilatih kepada anak ¨C anak sejak dini. Dengan merantau dan meninggalkan lingkungan keluarga, seorang anak akan dapat menjadikan dirinya egaliter di hadapan orang lain. Berbeda ketika mereka tetap berada di hadapan keluarganya, meski mereka sudah besar, mereka akan tetap dianggap sebgai anak ¨C anak karena status mereka. Inilah yang membuat mereka cepat mandiri, tidak mudah patah semangat dan putus asa dalam menghadapi tantangan.
Seorang perantau akan menjadi ¡°manusia baru¡± dalam perjalanan di tanah perantauan. Mereka akan menyelesaikan persoalan hidup, mulai sejak memutuskan untuk merantau hingga pada waktu ke waktu berikutnya. Tapi dengan ini ia akan lebih cepat menjadi dewasa karena belajar dari setiap kejadian. Ia berusahasurviveuntuk menutupi kekurangan dan kelemahannya. Dalam hal seseorang merantaukan secara pemikiran, tak jarang mereka akan menghadapi tekanan karena perbedaan. Bahasa kekiniannya bully.Percayalah, selama itu tidak membunuh diri dan semangatnya, justru itu akan membuat mereka menjadi kuat. Tidak percaya? Buktikanlah sendiri!
Delft, April 1999